The fault in our stars adalah sebuah film yang dibuat berdasarkan kisah novel John Green, seorang penulis dari Amerika Serikat dan ini merupakan novel keenamnya.
The fault in our stars merupakan kisah romantis nan haru dari sepasang kekasih bernama Hazel Grace Lancaster dan Agustus Waters. Keduanya merupakan pengidap kanker dan masih sangat muda. Hazel yang mengidap kanker paru-paru sehingga harus membawa tabung oksigen portable plus selang terhubung ke hidungnya, bertemu dengan Agustus Waters secara tidak sengaja di sebuah support group.
Agustus sendiri yang mempunyai satu kaki karena bagian kanannya harus diamputasi, datang ke support group karena menemani rekannya Isaac, yang juga menderita kanker dan bahkan nantinya mengalami kebutaan. Perlahan namun pasti, Hazel Grace mulai tertarik dengan Agustus Waters, yang selain tampan, juga mempunyai kepribadian luar biasa. Sebagai penderita kanker, Agustus adalah pribadi pemberani dan paling periang yang pernah ada.
Di film ini, Anda bisa menemukan berbagai macam kompilasi emosi yang menyebabkan tawa, tangis, haru, dan senyum. A must seen!
Biarpun begitu, saya akan tetap pada track blog ini sehingga tidak akan ada cerita lebih jauh mengenai movie tersebut. Saya menulis ini ingin menyampaikan bahwa ada kutipan-kutipan cinta serta perjuangan mengharukan yang saya berhasil temukan dari film ini dan semuanya benar-benar menarik.
Aku hanya mau bilang akan ada waktu dimana kita semua akan mati. Waktu itu bisa saja besok, bisa juga 100 tahun dari sekarang. Dan pada saat waktu itu datang, tidak akan ada orang yang ingat tentang Kleopatra, Muhamad Ali, atau Mozart, apalagi kepada kita. Dilupakan itu sesuatu yang tidak bisa dihindarkan. Dan jika itu membuatmu takut, maka aku sarankan kau untuk mengabaikannya. Tuhan tahu yang semua orang lakukan. – Hazel Grace
Gus, aku adalah sebuah granat. Suatu hari aku akan meledak dan aku akan melenyapkan segala sesuatu yang ada didekatku. – Hazel Grace
Saya ingin risotto wortel ini menjadi seorang manusia, sehingga saya bisa membawanya ke Vegas dan menikahinya. – Agustus Waters
Aku tahu kalau cinta itu hanyalah sebuah teriakan ke dalam kehampaan, dan pelupaan itu tidak terhindarkan, dan bahwa kita semua akan musnah, dan bahwa suatu hari, semua usaha kita akan berubah menjadi debu. Dan aku tahu matahari akan menelan satu satunya bumi yang kita punya. Dan aku jatuh cinta padamu. – Agustus Waters
Kau jangan khawatir tentang diriku, Hazel Grace, oke? Aku akan menemukan cara agar berada di sisimu untuk waktu yang lama. – Agustus Waters
Kau lihat, mungkin kami tidak terlihat seperti apa-apa, dari kami bertiga, kami punya lima kaki, empat mata, dan dua setengah pasang paru-paru yang berfungsi. – Agustus Waters
Terlupakan. Aku tahu ini seperti anak kecil, tapi aku selalu berpikir aku akan menjadi seorang pahlawan. Aku selalu berpikir aku akan punya kisah hebat yang dimuat di koran dan, maksudku, seharusnya aku menjadi seorang yang istimewa. – Agustus Waters
Menurutmu satu-satunya cara untuk menjalani kehidupan ini dengan berarti, adalah untuk semua orang harus mengingatmu, semua harus mencintaimu. Coba terka Gus, ini adalah kehidupanmu. Inilah yang kau dapatkan. – Hazel Grace
Karena aku mencintaimu. Aku akan mengingatmu. – Hazel Grace
Salah satu omong kosong yang bisa kau ucapkan saat dalam drama kanker adalah sesuatu yang disebut dengan “hari terakhir.”. Saat kau tidak bisa menolak rasa sakit yang kau dapatkan, ketika rasa sakitnya tidak tertahankan. Masalahnya adalah kau tidak akan tahu apakah itu akan menjadi hari kematianmu. – Agustus Waters
Itu adalah ketakutan terbesarku, Ibu. Saat aku sudah tiada, kau tidak akan memiliki kehidupan lagi. Kau akan duduk diam saja dan memandangi tembok, kau akan menyiksa dirimu. – Hazel Grace
Tapi saat seorang ilmuwan dari masa depan datang ke rumahku, dengan mata robot, dan mereka memintaku untuk mencobanya. Aku akan mengusirnya, karena aku tidak mau melihat dunia ini tanpamu. Aku ingin melihat dunia dengan Augustus Waters. – Isaac
Kisah cinta sejati kami, juga mati bersama dengan kami. Seperti seharusnya. – Hazel Grace
Aku mengingat suatu kali, ketika aku tidak bisa bernafas dan dadaku terasa seperti terbakar. Suster itu memintaku untuk mengukur rasa sakitnya. Karena aku tidak bisa berbicara, aku menunjukkan sembilan jari. Sesudahnya ketika aku sudah merasa baikan, suster itu datang dan dia memanggilku seorang petarung, karena aku menyebut angka 9, bukan 10. Tetapi itu tidak benar. Aku menyebutnya 9 bukan karena aku berani. Alasan aku menyebutnya 9 adalah karena menyimpan yang ke 10. – Hazel Grace
Dua orang saling mencintai, dan satu orang sahabat setia. Sama-sama bertarung menghadapi ketakutan mereka akan penyakit yang kapan saja siap merenggut nyawa. Betapa indah kisahnya, betapa mengharukan kata-katanya. 🙂